Novariany's World

Suasana Masjid Jami Baiturrahman- dimalam ke-14 bulan Ramadhan. Masjid ini akan menyambut kedatangan kalian kalau kalian main ke Jalan Sawo-Ciapus Bogor, karena letaknya gak jauh dari depan gang.

Di sebelah masjid ini, ada madrasah tempat anak-anak kecil belajar mengaji. Di masjid ini juga tempat aku dan warga sekitar sholat taraweh dan sholat ied. Sekarang, di masjid ini sudah ada aula untuk pengajian ibu-ibu yang sekaligus dijadikan tempat shalat khusus perempuan.

"Foto ini diikutsertakan dalam Lomba Foto Blog The Ordinary Trainer"

Setiap satu bulan sekali, ia sibuk mendatangi rumah-rumah yang letaknya sudah ia hafal diluar kepala. Hanya mengetuk, lalu menyodorkan amplop berisi lembaran rupiah puluhan ribu. Tak kurang dari 13 rumah ia singgahi. Jika sang anak yang menerima langsung, ia selalu memintanya untuk segera menitipkan uang itu pada orangtuanya. Tak pelak, amplop itu membawa senyum keceriaan bagi anak-anak itu dan pasti selalu ditunggu-tunggu.

Pun begitu saat menjelang bulan Ramadhan dan Hari Raya, ia kembali berkeliling. Tapi kali ini, bukan hanya amplop yang ia bagi. Jika menjelang puasa, paketan sembako turut serta menyambangi rumah-rumah itu. Dan saat menjelang Hari Raya, amplop yang isinya lebih banyak dari bulan-bulan biasa itu ditemani satu stel baju baru plus makanan-makanan ringan yang selalu disukai anak-anak. Terbayang bagaimana bahagianya anak-anak yang menerima itu semua.

Ngabuburit, kegiatan yang identik dengan menghabiskan waktu sambil menunggu waktu berbuka. Istilah yang berasal dari bahasa sunda ini, selalu populer disetiap bulan ramadhan seperti sekarang ini. Untuk kegiatannya sendiri setiap orang punya caranya masing-masing buat ngabuburit.

Ada yang jalan-jalan naik motor terus diem disuatu tempat sambil ngadem terus pulangnya beli takjil atau ada juga yang iseng cuma muter-muter doang ngabisin bensin biar dikata gaul karena ngabuburitnya itu jalan-jalan! Ini sih dulu aku yang mikir gitu, hehe.

Tapi ternyata, ada juga lho yang waktu ngabuburitnya dihabiskan dengan cara yang bermanfaat kaya pergi ke masjid atau tadarusan. Dan ada lagi ngabuburit yang menghasilkan, kaya jualan takjil atau panganan buat berbuka puasa lainnya.

Nah, aku sendiri sih kalau ngabuburit versi jalan-jalan itu cuma pernah ngerasain satu kali, itu juga waktu masih sekolah dulu. Ternyata, ngabuburit dengan cara jalan-jalan itu emang bukan aku banget yah. Semenjak yang pertama kali itu, aku udah gak minat lagi buat ngabuburit. Karena gak ada temen ngabuburitnya juga sih, hikshiks. Dan lagi, aku emang gak bisa sering kemana-mana juga jadi yaudahlah, ngabuburit seadanya dan sebisanya aja ya.

Lumia, smartphone berbasis windows phone kepunyaan Nokia ini bisa banget bikin aku jatuh cinta dari pertama kali ketemu. Sempet sih dulu mau nuker smartphone lama ke Lumia, tapi karena kendala budget dan smartphone lama masih berfungsi jadi gak jadi deh punya Lumianya. Hikshiks

Hal pertama yang bikin aku tertarik sih pasti tampilan luarnya dong, kotak dan berlayar lebar, juga didukung pilihan warna yang beragam. Hal lainnya adalah OS windows phone (WP) nya itu lho yang bikin penasaran banget buat di coba.

“Kalau kamu cinta sama aku, kamu harus buktiin cinta kamu!” Ini biasanya tuntutan seorang pacar ke pacarnya yakan? Tapi pernah gak sih dapet tuntutan serupa dari seorang Ibu? Pastinya gak pernah dong ya. Karena pastinya Ibu itu mencintai kita dengan sepenuh jiwa dan raganya dengan sangat tulus. Pun begitu sama Ibu Pertiwi kita, tak pernah menuntut diberikan bukti kecintaan kita padanya. Seperti halnya seorang Ibu, pasti yang diharapkan hanya agar anaknya menjadi anak yang baik. Dan menurutku, Indonesia pun menginginkan hal yang sama dari kita, cukuplah kita menjadi warganya yang baik.

Sebagai anak, pasti dong ada rasa ingin menunjukan rasa cinta kita sama Ibu Pertiwi? Dan setiap anak pasti memiliki cara mereka masing-masing. Ada yang menunjukannya lewat jalur prestasi di kancah dunia, banyak juga yang diam-diam ikut membangun kesejahteraan di lingkungan masing-masing, bahkan ada juga yang gak paham gimana cara nunjukinnya. Dan aku, sepertinya masuk kategori anak yang terakhir. Tapi, itu bukan berarti aku gak cinta Indonesiakan?

Nah, karena aku gak paham gimana cara kasih bukti kalau aku cinta mati sama Indonesia, boleh ya kalau aku cukup jadi warga yang baik aja? Aku sih ngerasanya selama ini udah cukup jadi warga yang baik *semoga. Buktinya?

Pagi itu.. entah pagi keberapa yang pernah hadir dihidupku, tapi aku ingat betul waktu itu aku masih berseragam putih abu-abu. Jika dihitung tahun, yaa sekitar 4 atau 5 tahun yang lalu lah. Dan aku masih mengingatnya dengan jelas, karena buat aku ini kejadian paling konyol dalam hidup aku.

Ceritanya gini..

Seperti biasa, setiap pagi aku selalu berangkat sekolah bareng Evoo, motor kesayanganku dulu. Tapi pagi itu, aku bawa Evoo jalan santai, enggak tergesa-gesa kaya biasanya. Di tengah jalan, aku liat ada seseorang yang kayanya aku kenal banget sosoknya. Juga motor mio ceper berplat D yang dia bawa, biarpun aku gak hafal betul deretan angka di plat motornya, tapi aku kenal betul sama motor itu.