Halo hai Kawanii,
Hari Selasa, 13 November 2018 lalu, bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional
yang diperingati setiap tanggal 12 November, Kementerian Kesehatan melalui
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM),
menggelar acara bertajuk "Kenali GANGGUAN GINJAL Pada Anak".
Bertempat di Gedung Adhyatma, Kementerian Kesehatan – Jakarta, acara yang dihadiri oleh media dan blogger ini, menghadirkan 2 narasumber, yaitu Dr. Eka Laksmi Hidayati, Sp.A(K) - UKK Nefrologi IDAI, Unit kerja kelompok dan Dr. Cut Putri Arianie, MH.Kes selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan RI.
Bertempat di Gedung Adhyatma, Kementerian Kesehatan – Jakarta, acara yang dihadiri oleh media dan blogger ini, menghadirkan 2 narasumber, yaitu Dr. Eka Laksmi Hidayati, Sp.A(K) - UKK Nefrologi IDAI, Unit kerja kelompok dan Dr. Cut Putri Arianie, MH.Kes selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan RI.
Acara diawali
dengan presentasi dari Dr. Eka yang menjelaskan secara singkat, jelas dan
padat, tentang apa itu ginjal, fungsi ginjal, jenis gangguan ginjal, serta, apa
dan bagaimana gangguan ginjal terjadi pada anak. Selain 2 narasumber, acara ini
juga menghadirkan salah satu anak penyintas/survivor
(orang yang berjuang melawan (dalam hal ini, melawan sakit)) gagal ginjal,
bernama Viara Hikmatun Nisa yang
hadir didampingi kedua orangtuanya.
Awal kehadiaran Viara, aku ngga merasa ada yang aneh. Viara tampak sama seperti anak lain pada umumnya, aku taksir mungkin umurnya sekitar 7 atau 8 tahun. Viara juga ngga keliatan seperti anak yang sedang sakit, sekalipun memang Viara menggunakan kursi roda. Viara terlihat bersemangat, sehat, dan juga ceria. Sampai akhirnya, aku (dan mungkin semua yang ada di ruangan), cukup kaget ketika tau bahwa ternyata Viara ini umurnya sudah 14 tahun. Lebih ngga bisa berkata-kata lagi ketika Ayah Viara, menceritakan kronologis sakitnya Viara dari awal. Rasanya ikut sesak ...
Saat Viara
berumur 7 tahun, Viara mengalami sakit usus buntu, sehingga harus menjalani
operasi. 6 bulan pasca operasi, sakit
Viara kambuh, lalu kembali menjalani operasi. 2 bulan kemudian, sakitnya kambuh
lagi, dan kembali operasi lagi. Menurut dokter, Viara terkenan pelengketan
usus. Pada operasi yang ketiga kalinya, usus Viara yang dinyatakan sudah busuk,
dipotong. Sayangnya, saat selesai operasi yang ketiga ini, jahitannya lepas.
Kemudian Viara kembali menjalani operasi untuk keempat kalinya, dalam keadaan
koma. Viara juga mendiami ruang ICU selama 50 hari, dengan kondisi perut belum
dijahit, dan Viara menggunakan kantong kolostomi. Keadaan ini, membuat Viara
mengalami gizi buruk. Aku sampai ngga tega banget liat fotonya pas ini. Sulit
rasanya bayangin gimana perasaan orangtuanya saat itu, masyaAllah.
Setelah bangun
dari koma, melihat proses penyembuhan Viara yang begitu lambat. Ditambah,
riwayat sakit Viara yang tidak biasa. Seperti, usus buntu yang kambuh, operasi
berulang, dan bahkan pelengketan usus. Membuat dokter, mendiagnosa Viara
terkena lupus (kemungkinan terkenanya
sebelum atau sesudah operasi usus buntu). Setelah itu, barulah ditemukan
diagnosa lain, yaitu, adanya gejala gagal ginjal :(
Mungkin, usus
buntu emang ngga ada kaitannya sama gagal ginjal. Tapi, operasi yang berulang,
bisa menjadi penyebab terjadinya gangguan ginjal. Terlebih, Viara juga
didiagnosa lupus sebelumnya. Penyebab gangguan ginjal sebetulnya ada banyaaak
banget. Diantaranya, DEHIDRASI atau kurang minum air putih. Selain itu,
pendarahan, luka bakar, infeksi berat, dan kelainan jantung, juga menjadi
penyebab terjadinya gangguan ginjal pada anak.
Jika dilihat
berdasarkan umur, penyebab tersering
gangguan ginjal pada anak usia dibawah 5 tahun, terjadi karena adanya kelainan
kongenital atau bawaan lahir. Biasanya ditandai dengan adanya kelainan bentuk
ginjal dan saluran kemih. Sedangkan, penyebab
tersering gangguan ginjal pada anak usia diatas 5 tahun, terjadi karena
adanya gangguan pada glomerulus. Seperti, Sindrom
Nefrotik, atau lebih dikenal dengan istilah ginjal bocor. Di mana, ginjal
mengalami kebocoran protein dalam jangka waktu yang lama. Kedua, disebabkan
oleh Glomerulonefritis atau radang
ginjal yang bukan disebabkan oleh virus maupun bakteri. Seperti, misal penyakit
Lupus yang menyerang ginjal. Yang ketiga, Hipoplasia
atau kelainan bawaan (misal ginjalnya
kecil).
Jenis gangguan
ginjal sendiri terbagi menjadi dua, gangguan
ginjal akut dan gangguan ginjal
kronik. Diantara keduanya, tentu gangguan ginjal kronik yang paling
berbahaya. Gangguan ginjal akut,
merupakan penyakit ginjal yang timbul mendadak dan dalam waktu singkat. Seperti
misal, Infeksi Saluran Kemih (ISK), jujur aku baru tau kalau ISK ini ada
kaitannya sama gangguan ginjal. Hiks. Selain ISK, dehidrasi juga bisa jadi
tanda adanya gangguan ginjal akut, baik karena kurang minum ataupun diare yang
berkepanjangan. Sakit radang pada ginjal yang bukan diakibatkan oleh virus
maupun bakteri, juga masuk kategori gangguan ginjal akut.
Sedangkan, gangguan ginjal kronik adalah, adanya
gangguan pada fungsi ginjal selama kurun waktu 3 bulan atau lebih. Dengan kata
lain, gangguan ginjal kronik merupakan episode lanjutan dari gangguan ginjal
akut yang tidak tertangani dengan baik. Tapi, memang tidak semua gangguan
ginjal kronik berasal dari gangguan ginjal akut, bisa juga terjadi karena
faktor genetik/keturunan, dan atau
bawaan lahir (sejak lahir sudah mengalami
kelainan ginjal).
Sejak diketahui
mengidap gagal ginjal, Viara dan keluarga, pindah ke Jakarta. Karena di Malang,
saat itu belum tersedia RS dengan fasilitas cuci darah untuk anak. Viara
menjalani cuci darah 2-3 kali dalam seminggu. Menariknya, Viara melewati cuci
darah dengan tidak hanya berdiam diri, tapi sambil berkegiatan seperti
menggambar atau membuat kerajinan tangan, seperti gelang dan tas. Luar biasanya
lagi, sempet-sempetnya Viara kepikir buat menawarkan hasil kreasinya ke penghuni
RS setiap kali hendak cuci darah. "Jadi, Viara tuh ke RS bawa-bawa dagangan" Ujar
Ayah Viara, sambil tertawa renyah.
Ngga cuma sampai di
situ, Viara juga bahkan menjual hasil kreasinya via online lho di Bukalapak dan
Tokopedia. Namanya Viara Shop. MasyaAllah. Semangat Viara benar-benar sungguh
SANGAT menginspirasi. Anak sekecil itu, yang sudah berkali-kali menjalani
operasi, sempat melewati puluhan hari di ICU dalam keadaan koma. Menjalani
hari-hari dengan kantong kolostomi terpasang di perutnya, juga sempat mengalami
keadaan gizi buruk, tapi tetap tegar menjalani proses cuci darah selama kurang
lebihh 5 tahun ke belakang. Kabar baiknya, Viara saat ini sedang dalam tahap
antrian untuk transplantasi ginjal dari Ibundanya. Kita doankan semoga semuanya
lancar-lancar ya.
See? Betapa dampak gangguan ginjal itu ngga main-main. Gangguan ginjal pada
anak berdampak besar pada pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri. Dampak
lainnya, anak bisa mengalami anemia, hipertensi, kelainan tulang, gangguan
hormon, dan gangguan keseimbangan elektrolit. Tidak sampai di situ, gangguan
ginjal pada anak berdampak juga pada psikososial, emosional, dan finansial. Bukan
hanya bagi anak, tapi juga bagi orangtuanya. Meskipun, saat ini untuk biaya
pengobatan gagal ginjal sudah ditanggaung BPJS, tapi tetap aja akan butuh uang
yang ngga sedikit buat biaya lain-lainnya.
Dan faktanya,
gangguan ginjal tidak dapat hilang dengan tindakan pengobatan dan cenderung
memburuk dari waktu ke waktu. Jika gejala gangguan ginjal pada anak tidak
terdeteksi sejak dini dan tidak ditangani segera, maka pada saat dewasa
kondisinya akan mengarah ke gagal ginjal yang perlu diobati dengan terapi
pengganti ginjal, seperti Hemodialisis atau cuci darah, dan juga transplantasi
hati. Tapi, kalau ketauannya masih di stadium awal, masih sangat mungkin untuk diterapi
agar tidak sampai ke tahap gagal ginjal.
Gejala-gejala awal
gangguan ginjal yang umumnya terlihat dan perlu diperhatikan lebih adalah, adanya
pembengkakkan pada pergelangan tangan dan kaki, adanya darah dalam urin, frekuensi
buang air kecil meningkat (terutama pada malam hari), sesak napas, pucat atau
anemia, mual dan muntah, hilang nafsu makan, lemah dan lesu, gangguan tidur. Pada
pemeriksaan lebih lanjut, ditemukan peningkatan jumlah sel darah putih dan juga
protein pada urin.
Di sini peran penting
orangtua untuk selalu memantau tumbuh kenbang anak. Apabila ditemukan gejala-gejala
seperti di atas, segera periksakan anak ke faskes terdekat untuk mendapat
penangan lebih lanjut. Tindakan pencegahan juga perlu untuk dilakukan. Seperti,
hindari dehidrasi pada anak, terutama
saat diare atau muntah-muntah. Kurangi
paparan terhadap infeksi, termasuk saat kehamilan, konseling genetik untuk cegah penyakit ginjal yang diturunkan, dan deteksi dini hipertensi dan diabetes pada anak.
Selain itu,
penting juga untuk dilakukan skrining berkala pada kelompok beresiko. Yang masuk
kelompok beresiko terkena gangguan ginjal kronik diantaranya, bayi dengan berat
lahir rendah, anak dengan riwayat gangguan ginjal akut, anak dengan hipertensi,
obesitas, dan diabetes, anak dengan riwayat gangguan saluran kemih, anak dengan
kelainan ginjal yang telah diketahui, termasuk anak dengan riwayat penyakit
ginjal pada keluarga.
Untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya gangguan ginjal pada anak,
Kementerian Kesehatan RI juga secara aktif mengadakan kegiatan promotif dan
preventif. Serta, pencanangan gerakan Ayo Minum Air (si AMIR), sebagai upaya
edukasi pada anak-anak tentang pentingnya minum air putih yang cukup untuk
mencegah terjadinya penyakit ginjal kronis.
Tidak hanya itu, KEMENKES juga
terus meningkatkan promosi kesehatan dalam pengendalian penyakit ginjal kronis
dengan perilku "CERDIK" dan "PATUH" (cek gambar buat tau detailnya ya), menggalakkan
program berbasis "self awareness" dengan mengajak masyarakat untuk melakukan pengukuran tekanan darah dan gula darah minimal 1 tahun sekali di Posbindu,
dan melakukan penguatan layanan kesehatan, seperti meingkatkan akses ke Faskes
pertama, optimalisasi sistem rujukan, dan peningkatan mutu layanan.
Kementerian Kesehatan
mengajak Kita (Aku, Kamu dan Kita semua), untuk turut berpartisipasi dan
mendukung upaya pencegahan dan pengendalian penyakit ginjal kronik, dengan
cara:
- Memodifikasi gaya hidup, perbanyak aktivitas fisik, makan makanan sehat (tinggi protein, rendah lemak, gula, dan garam), kontrol tekanan dan gula darah, monitor berat badan dan pertahankan berat badan normal, minum air putih minimal 2 liter sehari, tidak konsumsi obat-obatan yang tidak dianjurkan, dann tentu tidak merokok.
- Jangan lupa implementasikan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
Mari hidup sehat, dimulai dari diri sendiri! Salam sehat, Kawanii~
No comments